TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus masih terus meminta Presiden Cina Xi Jinping untuk bertemu di sela-sela pertemuan KTT G20 di Jepang akhir bulan ini. Boikot Huawei Technologies Co. akan menjadi salah satu topik bahasan dalam pertemuan kedua pemimpin negara tersebut.
Baca: G20 Ingatkan Risiko Perang Dagang AS-Cina terhadap Pertumbuhan
Ancaman Trump terus berlanjut. Ia mengancam, jika Cina menolak negosiasi di sela-sela G20 tersebut, AS akan kembali menaikkan tarif impor Cina.
Kepada wartawan di Gedung Putih Trump mengancam akan mengenakan tarif 25 persen atau jauh lebih tinggi terhadap sisa impor Cina yang nilainya US$300 miliar. "Kami berharap dapat bertemu. Jika terjadi, maka ini adalah hal baik, dan jika tidak, dilihat dari sudut pandang kami, kesepakatan terbaik yang dapat kami tawarkan adalah 25 persen terhadap total [impor] US$600 miliar," kata dia.
Sejumlah pengamat ekonomi Cina menilai hal ini sebagai ancaman dan trik. Zhou Xiaoming, mantan diplomat dan pejabat Mofcom mengatakan, Trump ingin menggunakan tekanan maksimum untuk memaksa Cina kembali ke meja perundingan. "Dan jika tidak ada pertemuan antara kedua pemimpin, Trump akan menyalahkan Cina," kata Zhou.
Baca: Forum G20, Bank Indonesia Minta Perang Dagang Diwaspadai
Jika Trump memberlakukan ancamannya untuk menambah bea 25 persen terhadap seluruh impor dari Cina, maka dampaknya akan membebani penjualan alat komunikasi vital dan produk konsumen sehari-hari. Dalam sebuah wawancara dengan CNBC bahwa tarif tambahan akan segera diberlakukan jika tidak ada pertemuan di KTT G20 akhir bulan ini.
BISNIS